Setiap manusia yang beriman, akan
selalu merindukan pasangan halal demi menggenapkan separuh agamanya. Bersyukurlah
bagi laki-laki dan perempuan yang telah menemukan belahan jiwanya dibarengi perasaan
cinta untuk kemudian berniat meraih rida-Nya dengan menikah. Dari titik ini
mereka telah memiliki satu kunci kemudahan menjalani biduk rumah tangga
selanjutnya.
Berbeda halnya dengan pasangan
halal yang bertemu tanpa saling mencinta, di sini perlu komitmen kuat untuk
melahirkan cinta sepanjang menjalani rumah tangga. Tapi jangan dianggap rumit
melahirkan cinta, sesungguhnya cinta dalam rumah tangga timbul sebab interaksi
yang konsisten dan saling menghargai satu sama lainnya.
Pada dasarnya, sebuah rumah tangga
sama saja dengan kehidupan manusia pada umumnya, penuh liku-liku perjuangan
untuk mempertahankan kelangsungan hubungannya. Ibarat sebuah kapal yang
berlayar, gelombang ombak selalu datang menghantam badan kapal. Di sanalah
tugas suami istri untuk mengendalikan arah kapal agar tetap berlayar agar sampai
ke tujuan. Sementara kendalinya adalah keimanan kepada Allah Swt. sebagai
petunjuk dan pemberi kekuatan.
Jika prinsip keimanan tidak
tertancap kuat di dalam keluarga, akan mungkin pasangan suami istri hanya
sekedar menjalani ritual rumah tangga tanpa ruh di dalamnya, tanpa kesadaran
dan tanggung jawab ketika menjalankan perannya. Seringkali sebab permasalahan
keluarga yang menumpuk, suami tidak segan melakukan tindak kekerasan kepada
istrinya. Bahkan tidak sedikit keluarga yang demikian awalnya harmonis tapi di
tengah-tengahnya oleng sehingga kandas di akhir perjalanan. Padahal keluarga
adalah komponen terpenting untuk membangun masyarakat. Bahkan nabi dan rasul
juga menjalani hidup berkeluarga untuk misi Ilahiah dan menciptakan masyarakat
insani. Jika batu bata penyusun keluarga itu kokoh maka bangunan masyarakat
yang terbentuk juga akan kokoh, begitu juga sebaliknya. Jika sebuah keluarga
mudah digoncangkan, maka masyarakat yang terbentuk juga pasti akan rapuh, mudah
terbawa arus keburukan. Mengingat pentingnya keluarga, semestinya menyadarkan
manusia akan pentingnya upaya mewujudkan keluarga yang harmonis.
Pasangan suami istri diharapkan
dapat merajut benang-benang cinta menjadi ikatan kokoh berbekal iman yang
menghunjam sehingga melahirkan keluarga yang sakinah, mawaddah hingga menuju
rahmah. Untuk itu, perlu adanya prinsip dalam kehidupan berkeluarga, antara
lain kemantapan dalam berumah tangga yang dibuktikan dengan kesungguhan dalam
rangka beribadah kepada Allah Swt., melahirkan romantika-romantika dalam
berkeluarga dengan upaya saling tolong-menolong satu sama lain, serta belajar
menghadapi konflik kecil maupun besar dengan upaya sebijak mungkin melalui
musyawarah keluarga. Jika seluruh prinsip berkeluarga dapat direalisasikan
dengan baik, niscaya kehidupan sakinah, mawaddah, dan rahmah hingga masa tua akan
terwujud.
Lalu bagaimana memulai
merealisasikan prinsip berkeluarga?
Untuk menghayati kehidupan suami
istri diperlukan ilmu. Rasulullah Saw., sebagai orang yang sangat patuh kepada
Allah, berpegang teguh kepada syariat Allah dan memiliki akhlak yang sangat
mulia pantas menjadi teladan bagi umat manusia. Belajar menyelami kehidupan
romantis Rasulullah bersama istri-istri beliau akan memberi pengetahuan tentang
bagaimana menjalani kehidupan suami istri secara wajar dan penuh kemesraan. Dengan
ilmu, kehidupan rumah tangga yang tampak rumit akan terasa lebih mudah dan
indah.
Mulailah merajut cinta bersama
pasangan dengan penuh kerelaan dan kekompakan agar dapat mencapai derajat
keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah seperti yang didambakan setiap manusia salih
dan salihah.
Selamat membaca buku "Menikahimu Sampai Ujung Usia"!
0 Komentar